Cari Tanaman, Ratusan tahun lalu, para pedagang Arab rela menempuh ribuan mil pelayaran menuju sebuah wilayah asing yang kini bernama Indonesia. Tujuan mereka bukan emas atau rempah-rempah, melainkan sebuah tanaman harum yang disebut dalam Al-Qur’an: kapur barus atau kamper. Dalam Surat Al-Insan ayat ke-5, disebutkan bahwa orang-orang saleh kelak akan meminum dari gelas berisi air bercampur kafur. Banyak ulama menginterpretasikan kafur sebagai air hasil ekstrak tanaman kapur barus (Dryobalanops aromatica)-bukan kapur sintetis atau kamper kimia modern yang kita kenal sekarang.
Warga Arab Kompak Pergi ke RI Cari Tanaman yang Disebut di Al-Quran
Indonesia dikenal sebagai negara dengan keanekaragaman hayati yang luar biasa. Namun, ada satu fenomena menarik yang menghubungkan Indonesia dengan dunia Arab: kedatangan warga Arab ke Indonesia untuk mencari tanaman yang disebutkan dalam Al-Qur’an. Fenomena ini tidak hanya menunjukkan kekayaan flora Indonesia, tetapi juga menggambarkan hubungan historis antara kedua wilayah.
Cari Tanaman yang Disebut dalam Al-Qur’an
Al-Qur’an menyebutkan berbagai tanaman yang memiliki makna simbolis dan praktis. Beberapa di antaranya adalah:
- Kurma (Phoenix dactylifera): Sangat penting dalam budaya Arab dan disebutkan dalam Al-Qur’an sebagai simbol berkah.
- Zaitun (Olea europaea): Dikenal karena minyaknya yang digunakan dalam berbagai aspek kehidupan.
- Tin (Ficus carica): Buah yang disebutkan dalam Surah At-Tin, dianggap sebagai simbol kesuburan dan kesehatan.
- Delima (Punica granatum): Buah yang disebutkan dalam Al-Qur’an sebagai salah satu buah surga.
- Kapur Barus (Cinnamomum camphora): Dikenal dalam Al-Qur’an sebagai ‘kafur’, yang digunakan dalam minuman bagi orang-orang yang berbuat kebajikan.
Kapur Barus: Tanaman yang Menarik Perhatian
Di antara tanaman yang disebutkan, kapur barus atau kamper menjadi perhatian khusus. Dalam Surat Al-Insan ayat 5, disebutkan bahwa orang-orang yang berbuat kebajikan akan minum dari gelas berisi air bercampur dengan kafur. Para ulama menafsirkan bahwa kafur yang dimaksud adalah tanaman kamper, yang dalam bahasa Latin dikenal sebagai Dryobalanops aromatica.
Namun, tanaman ini tidak tumbuh di wilayah Arab. Untuk mendapatkannya, para pedagang Arab melakukan perjalanan jauh ke wilayah lain. Mereka akhirnya menemukan bahwa pusat tanaman kamper berada di Indonesia, tepatnya di Sumatera, dalam sebuah daerah yang kini dikenal sebagai Barus.
Sejarah Perdagangan Kapur Barus
Sejak abad ke-9, Barus telah dikenal sebagai pusat perdagangan kapur barus. Pedagang Arab, seperti Ibn Al-Faqih, mencatat bahwa Fansur (nama lama Barus) merupakan wilayah penghasil kapur barus berkualitas tinggi. Ahli geografi Ibn Sa’id al-Maghribi pada abad ke-13 juga menegaskan bahwa kapur barus terbaik berasal dari Sumatera. Bahkan, jauh sebelumnya, pada abad ke-1 Masehi, ahli geografi Romawi, Ptolemy, sudah mencatat nama Barus.
Para pedagang Arab rela menempuh perjalanan dari Teluk Persia, melewati Sri Lanka, untuk mencapai Barus demi mendapatkan kapur barus berkualitas tinggi. Kapur barus dari Barus dianggap lebih unggul dibandingkan dengan yang berasal dari Malaya dan Kalimantan. Hal ini menjadikan Barus sebagai pelabuhan utama dalam perdagangan kapur barus di kawasan Sumatera.
Dampak Sosial dan Budaya
Kedatangan pedagang Arab ke Barus tidak hanya berdampak pada perdagangan, tetapi juga membawa pengaruh budaya dan agama. Barus menjadi salah satu daerah awal masuknya Islam ke Nusantara. Bukti awal keberadaan Islam di Barus dapat ditemukan pada kompleks makam kuno Mahligai, yang memiliki nisan bertuliskan abad ke-7 Masehi.
Interaksi perdagangan antara dunia Arab dan Nusantara memiliki peran besar dalam penyebaran Islam. Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia telah menjadi bagian dari jaringan perdagangan internasional sejak zaman dahulu.
Keberlanjutan dan Pelestarian
Untuk menjaga kelestarian tanaman kamper, penting bagi Indonesia untuk melakukan upaya pelestarian. Dengan menjaga keberadaan tanaman ini, Indonesia tidak hanya melestarikan warisan alam, tetapi juga mempertahankan hubungan historis dengan dunia Arab.
Kesimpulan
Kedatangan warga Arab ke Indonesia untuk mencari tanaman yang disebutkan dalam Al-Qur’an, seperti kapur barus, mencerminkan hubungan historis yang erat antara kedua wilayah. Fenomena ini menunjukkan pentingnya pelestarian tanaman tersebut untuk menjaga warisan budaya dan alam yang berharga.